Newest Post
// Posted by :Sinta Swift
// On :Minggu, 10 Februari 2013
Peringatan Maulid Nabi
Muhammad Saw
Assalamu Alaikum wr.Wb
Tiada kata yang
pantas untuk diucapkan kecuali memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rohmat, taufiq, dan
hidayahnya kepada kita sekalian. Sehingga kita masih dapat
menikmati anugrah terindahnya berupa kesehatan serta
oksigen yang kita hirup tanpa harus membayar sepeserpun.
Solawat serta salam mudah-mudahan
tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kita dari jalan yang gelap gulita menuju
jalan yang terang benderang
Bapak-bapak, Ibu-ibu, para hadirin
yang saya hormati.
Tanggal 12 Rabiul Awal 1431 H,
bertepatan pada tanggal … seluruh kaum
muslim merayakan maulid Nabi Muhammad
SAW, tidak lain merupakan warisan
peradaban Islam yang dilakukan secara
turun temurun.
Dalam catatan historis, Maulid
dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah, putri Muhammad.
Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima
perang, Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-1193 M), kepada
khalifah agar mengadakan peringatan hari kelahiran Muhammad. Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin
dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari
cengkraman kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek
besar berupa semangat jihad umat Islam
menggelora pada saat itu.
Secara subtansial, perayaan Maulid
Nabi adalah sebagai bentuk upaya untuk mengena akan keteladanan Muhammad
sebagai pembawa ajaran agama Islam. Tercatat dalam sepanjang sejarah kehidupan, bahwa nabi Muhammad adalah pemimipn
besar yang sangat luar biasa dalam memberikan
teladan agung bagi umatnya.
Dalam konteks ini, Maulid harus
diartikulasikan sebagai salah satu upaya transformasi diri atas kesalehan umat. Yakni, sebagai semangat baru untuk
membangun nilai-nilai profetik agar tercipta masyarakat
madani (Civil Society) yang merupakan bagian dari demokrasi
seperti toleransi, transparansi, anti kekerasan, kesetaraan gender, cinta lingkungan, pluralisme, keadilan sosial, ruang bebas partisipasi,
dan humanisme. Dalam tatanan sejarah sosio
antropologis Islam, Muhammad dapat dilihat dan dipahami
dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.
Pertama, dalam perspektif
teologis-religius, Muhammad dilihat dan dipahami sebagai sosok nabi sekaligus rasul terakhir dalam tatanan konsep
keislaman. Hal ini memposisikan Muhammad sebagai sosok
manusia sakral yang merupakan wakil Tuhan
di dunia yang bertugas membawa,
menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk pesan
“suci” Tuhan kepada umat manusia secara universal.
Kedua, dalam perspektif
sosial-politik, Muhammad dilihat dan dipahami sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Muhammad yang identik dengan sosok
pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis,
serta non-diskriminatif dan hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu
tatanan masyarakat sosial yang sejahtera dan tentram.
Tentu, sudah saatnya bagi kita untuk
mulai memahami dan memperingati Maulid
secara lebih mendalam dan
fundamental, sehingga kita tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok nabi dan
rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian
ritual-ritual sakralistik-simbolik keislaman semata, namun menjadikannya sebagai kelahiran sosok pemimpin.
Karena bukan menjadi rahasia lagi
bila kita sedang membutuhkan sosok pemimpin
bangsa yang mampu merekonstruksikan
suatu citra kepemimpinan dan masyarakat
sosial yang ideal, egaliter, toleran,
humanis dan nondiskriminatif, sebagaimana
dilakukan Muhammad untuk seluruh umat
manusia.
Kontekstualisasi peringatan Maulid
tidak lagi dipahami dari perspektif keislaman saja, melainkan harus dipahami dari berbagai perspektif yang menyangkut
segala persoalan.
Misal, politik, budaya, ekonomi,
maupun agama.
Bapak-bapak, Ibu-ibu, para hadirin
yang saya cintai.
Nabi Muhammad dilahirkan ke dunia.
Datangnya membawa tugas.
Perginya meninggalkan bekas.
Datangnya membawa tugas yang
diselesaikan dalam 23 tahun.
Datangnya ke dunia diperintah untuk
memperbaiki budi pekerti (sholihah Akhlak)
supaya ummat ini menjadi umat yang
sopan santun (makarimal akhlak)
Sopan terhadap siapa?
Sopan terhadap Alloh yang telah
menciptakan kita
Sopan terhadap Rosululloh
Sopan terhadap agama yang kita peluk
masing-masing
Sopan terhadap diri sendiri
Sopan terhadap orangtua
Sopan terhadap masyarakat
Sopan terhadap ibu pertiwi
Sopan terhadap negara.
Sopan terhadap Alloh.
Contohnya bagaimana kita sebelum
makan berdoa dulu bismillahirrohmanirrohim.
Dengan nama Alloh Yang Maha Pengasih
lagi Maha Pemurah adalah bentuk kesopanan
kita kepada Alloh.
Dalam pembukaan UUD 1945 menyebutkan
atas berkat Rohmat Alloh Yang Maha
Kuasa merupakan bentuk kesopanan para
pendahulu kita kepada Alloh. Mereka
mengakui bahwa kemerdekaan bangsa
Indonesia ini bukan karena pemberian sekutu,
bukan pemberian Jepang dan bukan
semata-mata karena perjuangan bangsa Indonesia
melawan Belanda. Tapi adalah karena
Rohmat Alloh Yang Maha Kuasa.
Ada orang yang berpidato menyebutkan
bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia adalah
karena hasil perjuangan rakyat
Indonesia adalah bentuk ketidak-sopanan kepada Alloh.
Sopan terhadap Rosululloh,
Rosul merupakan pintu gerbang agung
agama. Maka sudah sepantasnya kita sopan
kepada Rosululloh
agama, itu adalah kebohongan. Itu
adalah atas nama hawa nafsu mereka sendiri
Semua agama mengajarkan kesucian.
Karena itu kita harus sopan dalam beragama
Demonstrasi dengan meneriakkan Allohu
Akbar sambil saling memukul,
menghancurkan, itu juga bentuk
ketidak-sopanan kepada agama. Kalimat Allohu Akbar
adalah kalimat pertama yang dibaca
pada waktu sholat, bagaimana bisa digunakan
untuk sesuatu seperti itu. Kalau
tidak setuju dengan sesuatu, maka lakukan dengan
sopan pula. Penggusuran dengan
meneriakkan Allohu Akbar, ini kan pelecehan
terhadap agama. Ketidaksopanan kepada
agama. Mereka tidak menyadari bahwa
dengan berbuat seperti itu mereka
telah berbuat tidak sopan kepada agama.
Sopan kepada diri sendiri
Bagaimana kita diperintah untuk
menutup aurat adalah bentuk kesopanan pada diri
sendiri dan sebaik-baik pakaian adalah
pakaian takwa. Tujuh lapis langit dan tujuh lapis
bumi yang diciptakan Alloh ini ibarat
sepet (kulit sabut kelapa-red.), sedangkan
berliannya adalah manusia, maka
sopanlah kepada diri sendiri.
Sopan kepada orang tua
Jangan sampai kita durh’aka seperti
kisah bagaimana seorang dari desa yang berhasil
menyekolahkan anaknya sampai menjadi
sarjana dan orang yang sukses. Tapi ketika
orang tuanya datang tidak dihormati
malah diusir. Ketidak-relaan orang tua
menyebabkan anak itu dan keluarganya
diazab Alloh dengan dihancurkan rumah dan
keluarganya. Padahal seharusnya si
anak bangga dengan orang tuanya yang tinggal di
desa tersebut karena telah berhasil
mendidik anaknya menjadi orang yang sukses
dibandingkan dengan orang kota yang
belum tentu berhasil mendidik anaknya menjadi
orang yang sukses.
Sopan kepada masyarakat
Dalam kehidupan ini kita tidak bisa
keluar dari masyarakat, maka kita harus sopan
kepada masyarakat.
Sopan kepada ibu pertiwi
Hadis Cinta tanah air bagian dari
iman adalah bentuk kesopanan kepada ibu pertiwi.
Pendahulu kita memberikan lambang
negara berbentuk Garuda Pancasila
melambangkan jiwa yang besar. Namun
yang terjadi sekarang jiwa bangsa Indonesia
sedang sakit kronis dengan semakin
berkurangnya rasa Cinta Tanah Air
Di zaman sekarang ini globalisasi
adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Namun tak
ada satu negara pun yang mau dilibas
oleh negara lain. Satu-satunya cara adalah
dengan menumbuhkan Cinta Tanah Air.
Jepang, Korea tidak sampai terlibas dalam era
globalisasi karena mereka mempunyai
akar yang kuat dengan Cinta Tanah Air.
Sedangkan pada siapa kita diajar
untuk santun?
Kita diajar santun kepada anak-anak
yatim
Kita diajar santun kepada para fakir
miskin
Kita diajar santun kepada orang-orang
yang teraniaya
Kita diajar santun kepada orang-orang
yang terkena bencana.
Semoga uraian ini bermanfaat. Mohon
maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan.
Assalamu alaikum wr. wb.